Minggu, 25 April 2010

( 25/04/10 )

Kepemimpinan sebenarnya adalah seni menikmati hidup

Menikmati hidup mestinya tidak sulit. Namun kenapa banyak orang sulit menikmati hidup? Ini berkaitan dengan "Jendela" yang kita gunakan dalam memandang kehidupan. Ada lima keyakinan dan paradigma yang salah yang menjadi penyebabnya.


Pertama, adanya keyakinan bahwa Anda tidak dapat bahagia tanpa hal - hal yang anda pandang bernilai dan yang membuat Anda terikat.

misalkan Anda akan merasa bahagia bila memiliki uang yang lebih banyak, rumah yang lebih besar, mobil yang lebih bagus dan sebagainya. Pikiran Anda dipenuhi oleh benda - benda yang anda kira dapat membahagiakan anda. Inilah sebenarnya masalahnya. Anda tidak bahagia karena lebih memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang tidak anda miliki, dan bukannya pada apa anda miliki sekarang ini.


Kedua, Anda percaya bahwa kebahagiaan ada di masa depan. Anda terlalu terobsesi oleh papatah "bersakit - sakit dahulu bersenang-senang kemudian".

misalkan Anda akan bahagia jika menjadi manajer, persoalanya pada saat menjadi manajer tugas Anda bertambah banyak. Anda belum bahagia juga. "Saya akan bahagia nanti kalau sudah menjadi direktur atau dirjen gubenur, menteri, presiden." nah daftar tunggu kebahagiaan ini terus diperpanjang. tapi nyatanya anda tidak juga bahagia. kalau demikian yang terjadi adalah "bersakit - sakit dahulu bersenang - senangnya entah kapan?". Kebahagiaan telah anda letakkan ditempat yang jauh. padahal sebenarnya kebahagiaan itu berada sangat dekat dan anda nikmati di sini, sekarang juga !.


Ketiga, Anda tidak bahagia karena selalu membanding - bandingkan diri anda dengan orang lain.

misal seorang eksekutif yang berkali - kali pendah pekerjaan hanya karena kawan akrabnya semasa kuliah dulu memperoleh penghasilan lebih besar dari dirinya. Karena itu setiap tawaran kerja, yang dilihat adalah apakah ia dapat mengungguli atau paling tidak menyamai penghasilan kawanya. ia bahkan tidak perduli bila harus berganti karier dan pindah ke bidang lain. Sampai suatu saat ia menyadari tiada gunanya "mengejar" sahabat karibnya. Sejak itulah ia mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatnya tersendiri. ia kini bahagia dengan pekerjaanya dan tak pernah ingin tau lagi mengenai penghasilan sahabatnya.

keempat, Anda percaya bahwa kebahagiaan akan datang apabila anda berhasil mengubah situasi dan orang - orang disekitar anda.

misalkan anda tidak bahagia karena pasangan, tetangga, dan atasan anda tidak memperlakukan anda dengan baik. Anda tidak bahagia karena dunia penuh ketidakadilan. kepercayaan ini salah. Anda perlu menyadari bahwa amat sulit mengubah orang lain. Walaupun demikian silahkan saja kalau anda ingin meneruskan niat anda mengubah dunia. Namun jangan tempatkan kebahagiaan anda disana. jangan biarkan situasi, lingkungan dan orang - orang disekitar anda membuat anda tidak bahagia. Kalau anda tak dapat mengubah mereka, yang perlu anda ubah adalah diri anda sendiri, hati dan paradigma anda.

Kelima, keyakinan bahwa anda akan bahagia kalau semua keinginan anda terpenuhi. kita terlalu mencurahkan perhatian kita pada target - target kita. Padahal keinginan dan target - target itulah yang membuat kita tegang, frustasi, cemas, gelisah, dan takut. terpenuhinya keinginan Anda tersebut paling -paling akan membawa kesenangan dan kegembiraan sesaat. itu tak sama denga kebahagiaan.

Kebahagiaan itu berada didalam hati kita, bukannya diluar sana. Seorang penulis Amerika, Oliver Wendell Holmes, megungkapkannya dengan sangat baik. "Apa yang ada dibelakang kita dan apa yang ada didepan kita adalah persoalan kecil, dibandingkan dengan apa yang ada di dalam kita."

terimahkasih semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua yang mencari kebahagiaan abadi bukan kesenangan dan kegembiraan yang hanya sesaat.







Life is Beautiful Arvan Pradiansyah

Selasa, 20 April 2010

( 21/04/10 ) KARTINI



Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879 di kota Rembang. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku


pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat। Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak
sumber : http://chrissanta.wordpress.कॉम

( 21/04/10 )


Veronica H

( 21/04/10 )


HUT Menwa 2008 juni

( 21/04/10 )

Rido Sonny Kardoso