Rabu, 27 April 2011

NII KW-IX Beda dengan NII Kartosuwiryo

BANDUNG--MICOM: Raut muka Ahmad Nurdin tampak lusuh. Tidak ada senyuman di bibir pria yang hampir 16 tahun menjadi anggota dan menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Negara Islam Indonesia (NII) Kamandemen Wilayah (KW) IX itu.

Dia telah malang-melintang di NII sejak 1988 silam.

Meski berwajah garang, lelaki berusia 41 tahun itu terlihat gugup saat menyatakan kisahnya selama menjadi anggota NII KW-IX.

"Terus terang, saya merasa berdosa, karena telah membohongi anggota NII terkait janji-janji pemberian harta," ujar pria kelahiran Bandung itu, saat menggelar konferensi pers di masjid FUUI, Cijagra, Kota Bandung, Selasa (26/4).

Menurutnya, NII KW-IX bisa disebut gadungan, karena tidak sesuai dengan faham dan norma-norma NII Kartosuwiryo. "Untuk itu, saya mengundurkan diri sejak tahun 2004," jelas Nurdin.

Nurdin tidak bersedia menyebutkan tempat tinggal keluarganya, karena sering mendapat ancaman pascakeluar dari NII. "Untuk keselamatan, saya selama ini diam di FUUI, sambil belajar agama Islam yang sebenarnya," katanya.

Selama menjadi anggota perekrut hingga menjadi tokoh sentral di NII, ia telah merekrut ribuan anggota baru yang kebanyakan dari kalangan buruh dan mahasiswa, serta masyarakat lainnya di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat.

"Di samping memiliki dana, perekrutan terhadap mahasiswa sangat efektif, karena mahasiswa memiliki kecerdasan dan intelektual tinggi. Dengan pengaruh (intelektual) itu proses perekrutan selalu berjalan lancar," ungkap Nurdin sambil sesekali mengusap keringat di dahinya.

Berbeda dengan buruh, Nurdin menjelaskan mereka sangat gampang terpengaruh. "Dengan dimingi-imingi harta yang berlimpah. Buruh rela mengeluarkan dana Rp400 ribu untuk sedekah hijrah dari NKRI ke NII."

Tidak heran jika perputaran uang yang dipungut dari calon anggota setiap bulan mencapai miliaran rupiah. "Di Jabar, perputaran uang rata-rata Rp1,2 miliar. Sedang di DKI Jakarta Rp7 miliar," tuturnya.

Ia mengatakan NII kepemimpinan Panji Gumilang sangat berbeda dengan NII Kartosuwiryo. Ajaran Panji Gumilang sangat sesat dan menyimpang dari ajaran Al Quran dan Hadist.

"Di NII saya biasa dipanggil oleh Panji Gumilang dengan sebutan Adnan dan Saiful Fajri sebagai aparatur Panji Gumilang. Saya klaim bahwa NII Panji Gumilang itu sesat," ujarnya.

Nurdin mengatakan keterkaitan NII dengan teror bom akhir-akhir ini sangat mungkin. Akan tetapi teror itu bukan dari anggota NII Panji Gumilang yang masih aktif. Pelaku teror itu dari NII Panji Gumilang yang sudah keluar.

"Mereka yang keluar mempunyai mentalitas yang sudah rusak, saya mensinyalir mereka yang keluar direkrut oleh kelompok radikal untuk melakukan aksi teror bom," ujarnya. (EM-AX/OL-3)

www.mediaindonesia.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda